Karya : Samiyati Aristina
Anak adalah sebuah kain sutera yang berharga
Yang harus dibilas dengan sabar bila ternoda
Yang harus dihaluskan dengan penuh perasaan bila kusut
Yang harus disulam dengan tekun bila terkoyak
Anak adalah sebuah jiwa yang sedang berkembang
Anak adalah sebuah simfoni yang menakjubkan
Yang harus didendangkan dengan syahdu saat sedang kelabu
Yang harus dimainkan indah saat sedang lara
Yang harus dikumandangkan dengan semangat saat sedang meredup
Anak adalah sebuah seni yang sedang hidup
Anak adalah sebuah darah daging manusia
Bukan berarti manusia boleh melepas makian
Bukan berarti manusia boleh mengayun tamparan
Anak adalah nyawa tak berdaya
Hanya bisa menangis bila benturan kasar menerpasnya
Manusia yang terus mendengarnya adalah bukan manusia
Apapun alasannya, hentikan segera segala kekerasan itu
Karena anak bukan sekedar darah daging manusia
Karena anak bukan sekedar hak manusia
Karena anak adalah titipan Yang Kuasa
Karena anak adalah nyawa tak berdaya
Tetapi ingatlah ..
Hitam-Putih Dunia ada di tangan-tangan mereka
Oemar Bakri tak tahan lagi
Karya : Yayat Hendayana
Oemar Bakri tak tahan lagi memelihara ribuan luka
Dilepasnya di jalanan dan terbentuklah pasukan
berbaris dari kaki-kaki bukit dari tempat-tempat terpencil
Wajah mereka pucat seperti cat tembok yang terkelupas
Paru-paru mereka koyak oleh debu kapur tulis
Langkah mereka sempoyongan oleh kaki yang lelah
sehabis mengayuh sepeda tua dari waktu ke waktu
dengan ban yang gundul di jalan berbatu-batu
puluhan kilometer jaraknya
Puluhan tahun lamanya
Oemar Bakri tak tahan lagi merawat ribuan kesabaran
berpuluh tahun mengatur senyum di depan kelas
menjaga wajah pahlawan agar tak berubah muram
betapapun dalamnya kerut-kerut keprihatinan
Sebab hanya pahlawan yang senyum
dapat mengajarkan matematika
bukan Ilmu Hitung Pak Guru: kali-bagi-tambah-kurang
bahwa seribu kali seribu-sakit-hati
hanya boleh dibagi di antara anak-istri
bahwa gaji bulan ini tambah seratus butan lagi
tak akan pernah membuat utang berkurang
Sebab pahlawan yang senyum mengajarkan gugusan angka
bukan catatan potongan yang deretannya lebih panjang
di daftar gaji dalam amplop yang kosong
Oemar Bakri tak tahan lagi untuk berpura-pura arif
di hadapan begitu aneka ragam murid
anak orang kaya yang selalu mau dimanja
anak pejabat yang kolokan dan merasa paling kuasa
anak petani dan nelayan yang rendah diri dalam pergaulan
dan suka terlambat membayar iuran
Juga orangtua yang menjadikan guru seolah pengasuh
yang harus mengawasi anak-anaknya sehari penuh
dan menganggap nilai ujian bisa diukur dengan pemberian
Oemar Bakri tak tahan lagi
untuk selalu memahami tapi tidak dipahami
Oemar Bari tak tahan lagi
dan tak seorang pun yang tak mengerti
April 2000
tag, keyword :
puisi, puisi valentine, puisi cinta.com, puisi anak, puisi hati, puisi hari raya, puisi palestina, puisi romantik, puisi bahasa melayu, puisi 1 malaysia, puisi melayu lama, lagu-lagu puisi, puisi satu malaysia, image puisi, indonesia puisi,
0 komentar:
Posting Komentar